Saat ini telah memasuki revolusi industri 4.0 atau era digitalisasi yang secara fundamental mengubah kehidupan sosial masyarakat dalam lingkungan domestik hingga mondial.
Jakarta – Beautysalon.id : Era digitalisasi ini membawa perubahan pada cara hidup kerja dan pola hubungan antar manusia dalam aspek kehidupan masyarakat.
Didukung dengan kemajuan teknologi yang tinggi, dunia digital mengintegrasi dunia fisik dengan virtual dengan koneksi internet yang menghubungkan dengan media sosial. Jaringan sosial ini tumbuh kuat dalam komunitas, membentuk social network.
Sosial media membawa atmosfer perubahan dalam kehidupan masyarakat, mengubah perilaku, tuntutan dan minat. Faktor Inilah yang kemudian melatarbelakangi terjadinya transformasi terhadap paradigma dan perilaku masyarakat, menimbulkan tuntutan dan menciptakan tren baru, membawa evolusi dì berbagai bidang industri.
Industri estetika sendiri mengalami perkembangan pesat dengan perubahan yang cepat. Bila dilihat dari beberapa tahun ke belakang, mulai tuntutan konsumen akan hasil perawatan yang instan, wajah yang V-shapehingga tren anti-agingtelah mewarnai industri ini. Tahun lalu, keinginan untuk memiliki tampilan wajah yang lebih baik dan cantik membuat beauty transformationmenjadi tren yang populer.
Dalam acara “Aesthetic Outlook 2019: The Turn-around paradigm of BEAUTY 4.0”, yang digelar pada Selasa, 12 Februari 2019 di Madame Delima, Menteng, Jakarta Selatan, dr. Lanny Juniarti, Dipl. AAAM, Founder dan President Director MIRACLE Aesthetic Clinic Group menjabarkan, “Era digital telah memberi dampak yang besar pada industri estetika secara global. Di industri estetika, fenomena tren timbul karena pengaruh dari perkembangan teknologi dan sosial media. Industri 4.0 inipun telah menyeret industri estetika memasuki era Beauty 4.0.”
Seperti halnya revolusi industri berkembang dan mengalami perubahan dari industri 1.0 menuju 4.0, demikian pula beauty industrymengalami revolusi. Pada Beauty 1.0, konsep perawatan fokus hanya pada 1 dimensi saja, yaitu dokter menggunakan apa yang disebut dengan golden ratio. Dan dari sudut pandang dokterlah yang menentukan perawatan yang terbaik bagi pelanggan.
Pada Beauty 2.0, masyarakat menginginkan tampilan wajah dengan perfect look namun tetap memiliki keaslian, versi terbaik dari dirinya, tidak menjadi diri orang lain. Sedangkan era Beauty 3.0 tuntutan masyarakat kian berkembang. Mereka tidak hanya sekadar ingin menyempurnakan tampilan wajahnya namun perawatan kecantikan yang dilakukan dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka.
Saat ini industri kecantikan telah memasuki era Beauty 4.0. Era digital sangat mempengaruhi perubahan di Industri kecantikan. Media sosial bukan hanya menciptakan social network, akan tetapi juga akhirnya menyebabkan munculnya Sosial Beauty. Media sosial merupakan sarana untuk eksistensi dan aktualisasi diri bagi masyarakat. Namun media sosial juga merupakan sarana kebebasan berekspresi bagi masyarakat, menyuarakan opini, aspirasi, pendapatan, komentar dan kritik. Eksistensi diri seseorang di media sosial dapat menimbulkan dampak yang positif, atau menuai banyak kritik dan menimbulkan haters. Hal ini tentunya menimbulkan dampak pada sosial dan psikologi seseorang.
Demikian juga di Sosial Beauty, penampilan seseorang dapat menjadi pujian, sindiran, atau bahkan menjadi hujatan. Pada akhirnya hal Inilah yang membuat terbentuknya tuntutan baru di dunia estetika.
Beauty 4.0 kini tidak lagi fokus pada sudut pandang dokter. Tidak lagi terikat pada sudut pandang dan keinginan individu saja. Tidak juga berorientasi hanya pada 1 atau 2 dimensi, namun multidimensional. Di era ini kecantikan terikat pada banyak faktor, terkait pada opini orang lain yang menilainya, social awarenesshingga opini publik, yang berorientasi dengan fisik dan emosional individu.
Dr. Lanny juga menambahkan, “Beberapa tahun yang lalu, dokter akan memberikan arahan mana perawatanyang tepat bagi klien, namun seiring berjalannya waktu, mereka juga mempunyai keinginan untuk mengikuti tren yang sedang terjadi. Sebagai seorang ahli di bidang estetik, kami harus dapat menyarankan perawatan apa yang tepat, untuk memenuhi apa yang menjadi keinginan klien, dengan tetap memilki kekhasan tampilan wajahnya, menjadi versi terbaik dari dirinya. Sehingga rasa percaya diri mereka semakin bertambah. Namun tidak cukup sampai disitu saja, juga perlu memahami juga apakah perwatan kecantikan yang dilakukan dapat memberikan dampak yang baik pada kehidupan sosial mereka. Jangan sampai, misalnya wajah pelanggan malah menjadi bahan hujatan orang lain,seperti tidak proporsional maupun terlihat aneh.
Dr.Lanny mempertegas bahwa, “Goaldari Beauty 4.0, bagaimana para praktisi dapat memenuhi keempat dimensi tersebut merupakan sebuah tantangan. Bagaimana kita menyempurnakan tampilan wajah sesuai versi terbaiknya, namun tetap terlihat natural, sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan memberi dampak positif bagi mereka saat berinteraksi dengan orang lain. Hasil perawatan yang kita lakukan harus dapat memberikan kualitas kehidupan yang lebih baik bagi kehidupan sosial mereka.”
Oleh karena itu dalam menghadapi era Beauty 4.0 ini, Miracle Aesthetic Clinic sebagai salah satu leading branddi Industri kecantikan Indonesia, senantiasa selalu berusaha untuk memenuhi perubahan tuntutan masyarakat, tidak hanya sekedar menyempurnakan tampilan wajah versi terbaik dari pelanggannya, namun juga meningkatkan rasa percaya diri, memberi dampak positif serta memberi kualitas hidup yang lebih baik dalam bagi kehidupan sosial para pelanggannya.